TERASKATAKALTIM.COM – Berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran tentu mempunyai resiko tinggi. Berpegang semboyan “Yudha Brama Jaya” yang artinya kemenangan dan keberhasilan melawan api kebakaran. Inilah yang menjadikan mereka rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan banyak orang.
Memang bukan hal yang mudah menjadi seorang penjinak api. Butuh fisik dan mental yang kuat, serta waktu yang lebih banyak saat kapan pun dibutuhkan terjun ke lapangan menjinakkan api.
Hal inilah yang dirasakan Norman (52), Pria yang sudah 19 tahun menjalani profesi sebagai petugas Pemadam Kebakaran dan Penyalamatan (Damkartan) Kota Bontang.
Mulai dari bekerja sebagai seorang fireman, Komandan Regu (Danru), Komandan Pleton, dan saat ini sebagai Komandan Kompi sudah Ia lakoni.
Saat ditemui di ruangannya, di Kantor Disdamkartan Kota Bontang, Kelurahan Bontang Kuala. Pria berbadan besar dan berkulit sawo matang ini bercerita, suka duka menjadi petugas Damkar sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Apalagi, pelayanan 24 jam mengharuskannya tetap siap siaga, tak jarang membuatnya kelelahan.
Bahkan, Ia kerap mengalami cidera seperti terjatuh, tersengat listrik, dan sesak nafas saat melakukan evakuasi. Ditambah, cacian warga saat petugas Damkar datang terlambat. Menurutnya, itu tak jadi masalah.
“Kalau sudah memutuskan menjadi petugas Damkar harus siap dan berani mengorbankan apa saja,” ujarnya kepada teraskatakaltim.com, Selasa (2/11/2021).
Selain itu, Ia juga harus mengutamakan tugasnya dibandingkan waktu bersama keluarganya.
Misal saat istri dan anaknya ingin menikmati weekend bersamanya, tiba-tiba ada panggilan, maka ia harus siap turun ke lapangan.
“Kadang anak-anak itu protes. Sudah siap mau keluar jalan, eh dapat panggilan jadi batal lagi,” timpalnya.
Norman mengakui, pekerjaan yang dilakoninya memang tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore maupun malam hari.
“Kalau tidak langsung turun ditangani dengan cepat, malah akan fatal jadinya. Makanya kalau mau jadi seorang petugas Damkar harus siap dengan kondisi apapun dan harus berjiwa sosial dan ikhlas yang besar. Intinya pantang pulang sebelum padam,” terang Norman.
Meski begitu, Norman mengaku bangga menjadi seorang petugas Damkar. Menurutnya, keselamatan banyak orang adalah kebahagiaan tersendiri baginya.
“Senangnya itu, kalau kita bisa berpartisipasi aktif menciptakan rasa aman dan nyaman bagi warga. Walaupun di profesi ini nyawa taruhannya. Jadi fisik dan mental memang harus benar-benar siap,” tandasnya. (Adv Kominfo/Yayuk).
Komentar