TERASKATAKALTIM.com – Ada yang berbeda pagi itu, Minggu (6/6/2021) di Aula Khatulistiwa Mangrove Park, Salebba, Bontang Utara, Kota Bontang. Puluhan anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Nampak memadati aula. Ya, hari itu adalah Milad Mapala Stitek ke-10.
Gerimis perlahan membasahi Kota Taman. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WITA. Peserta yang berasal dari Mapala Samarinda dan Sangatta mulai berdatangan. Acara milad dimulai dengan seremonial pemotongan tumpeng, dan dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Bontang, Najirah. Seiring berjalannya acara, mereka terus antusias. Sesekali para peserta mengamati keindahan alam di sekitarnya. Pohon bakau yang hijau itu tertata nan rapi.
Tak terasa, acara seremonial telah usai. Menjelang pukul 13.00 WITA, puluhan anggota Mapala bersiap menuju penanaman. Perjalanan menuju lokasi ditempuh sekitar 800 meter harus melewati papan ulin yang berada di tengah hutan bakau.
Lokasi penanaman di areal hutan mangrove ini merupakan tipe kajapah yaitu tipe hutan mangrove yang berbatasan langsung dengan laut. Dimana kedalaman lumpur berkisar 1,2 meter.
Namun, hal tersebut tidak menyulutkan semangat mereka menanam 250 bibit bakau berjanis Rhizophora mucronata. Satu sama lain saling berbagi tugas. Sebagian turun untuk menanam, dan sebangian lagi bertugas memindahkan bibit. Sesekali mereka berteriak pekik saling menyemangati.
Menurut Fajri, Ketua Umum Mapala Stitek, kegiatan penanaman bakau ini selain untuk memperingati Milad ke -10 Mapala, juga sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia.
“Saya merasa solusi pembangunan kedepan adalah melalui green economy dengan mewariskan alam yang baik untuk generasi mendatang. Makanya, milad kali ini kami buat kegiatan penanaman,” tukasnya.
Sejak dua minggu sebelumnya, anggota Mapala Stitek memang sudah merencanakan kegiatan ini dengan matang. Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Aktivitas tersebut tentu akan berdampak positif akan keberlangsungan pesisir Kota Taman.
“Semoga yang kami lakukan ini, bermanfaat untuk kelangsungan masyarakat Bontang,” sebut Ketua Panitia, Muslimin Idris. Pria yang juga anggota Mapala Stitek itu mengaku akan terus menyalurkan kepeduliannya sebagai pecinta alam maupun lingkungan.
Momen ini juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar sesama pecinta alam. Mereka turut melibatkan berbagai elemen, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH), TNK Bontang, Mapala asal Balikpapan, Samarinda, dan Sangatta, serta sejumlah komunitas pecinta alam lainnya.
Sesuai dengan tema mereka, yakni “Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia”, keberadaan dan kelangsungan pohon bakau yang sudah ditanam harus dijaga dengan baik. Manfaat tanaman mangrove sendiri cukup banyak. Seperti mencegah erosi dan abrasi pantai. Juga berperan dalam pembentukan pulau serta menstabilkan daerah pesisir.
Apalagi Bontang merupakan kota kecil. Luas wilayahnya sekitar 497,57 kilometer persegi. Menariknya, 77,80 persen diataranya adalah lautan, sekitar 347,77 kilometer persegi. Sementara luas daratan hanya 149,80 kilometer persegi. Maka bisa dikatakan, hampir seluruh daerah di Bontang merupakan lautan.
Dengan kondisi ini, kepedulian masyarakat maupun pemuda terhadap lingkungan sangat dinantikan untuk keberlangsungan pesisir Kota Taman di masa mendatang. Apalagi, Mangrove Park dikenal sebagai tempat wisata yang indah.
Wakil Wali Kota Bontang, Najirah yang turut hadir pada kegiatan ini sangat mengapresiasi penanaman bakau yang dilakukan Mapala itu. Menurutnya, penanaman bakau sangat bermanfaat untuk mempertahankan ekosistem di daerah pesisir. Ia menyarankan kepada anggota Mapala untuk terus mengawasi dan merawat apa yang sudah ditanam.
“Setelah menanam harus dijaga dan diawasi. Jangan ditinggal begitu saja,” ucap wanita murah senyum itu, saat sambutan. Najirah mengakui memiliki kepedulian dalam menanam mangrove. Bahkah, dua munggu terakhir ini, ia sudah mengikuti dua kali kegiatan penanaman mangrove di lokasi yang sama. (*)
Komentar