Oleh : Supri
PADA tatanan kehidupan, membangun diskusi dihadapan secangkir kopi, menjadi tren dalam sosialis masyarakat modern. Tak hanya soal politik dan ekonomi, Agama kadang menjadi bahasan menarik, yang menghantarkan kekuatan aroma kopi merasuki relung-relung pikir para pen-diskusi.
Sejarah menorehkan kisah, keberadaan kopi adalah nikmatan yang dipopulerkan pertama kali oleh pemuda sufi, bernama khalid, seorang habysiana (sumber wikipedia). Yang dikisahkan, dirinya merasa heran atas gembalaannya, menjadi lebih kuat dan lincah. Usai memakan buah yang tumbuh disekitar tempat sehari-hari ia menggembalakan binatang piaraannya.
Catatan sejarah ini, mungkin saja apokrif (red;tidak nyata, tulisan yang diragukan keasliannya). Namun, dari semua catatan, menjawab awal mula keberadaan kopi, hanya kisah Khalid sang penggembala yang lebih diterima oleh kalangan dunia.
Sufi Khalid, yang menjadi apokrif dalam literatur keberadaan kopi, akhirnya mengantarkan pemikiran beberapa penikmatnya diera sekarang ini. Penikmat Kopi adalah Sufi?
Istilah Sufi sendiri, merupakan penyematan bagi orang belajar tentang ke-Agama-an pada fase yang mendalam, dikenal dengan istilah tasawwuf. Kejernihan akhlak, penyucian jiwa, membangun cara pikir dan tingkah laku. Guna menempuh hidup yang abadi, adalah cara sufi mengimplementasikan perjalanan usianya didunia.
Kembali pada bahasan soal diskusi dihadapan secangkir kopi, salah seorang yang mengakui dirinya sebagai penikmat. Seperti Nobon misalnya, dia menuturkan. Luasnya cara pandang dalam sebuah diskusi, tentu akan terbang lepas bila kita ditemani oleh suguhan kopi.
” Ruang kopi, ruang diskusi “, demikian tulisnya pada laman akun status sosial medianya, yang memang biasa ia jadikan wadah tulisan, dalam meluapkan perasaan hari-harinya.
Tak hanya itu saja. Saking kuatnya kopi efek diera ini, beberapa komentar basa-basi, ajakan untuk bersantai ataupun sapaan bagi yang ingin bertemu.” Kapan kita ngopi bareng?” atau ” ngopi dimana?”. Menjadi sarana pembuka obrolan oleh siapapun.
Jadi, nikmati sruput kopimu. Temukan sensasinya. Bangun ruang-ruang diskusimu. Bertukar pikiran, sharing dan saling memberi ide lah. Karena semua masalah bisa diselesaikan dengan diskusi. Denga begitu, damai dan kebersahajaan, dapat kita bangun dalam tatanan masyarakat.
Komentar