oleh

Upaya Memperkuat Visi Kebangsaan dalam Mengatasi Masalah Lingkungan serta Krisis Iklim

Jakarta, 4 Desember 2024 – Universitas Paramadina mengadakan Seminar Sosialisasi Kebangsaan bertema “UUD 1945 dan Upaya Memperkuat Visi Kebangsaan dalam Mengatasi Masalah Lingkungan serta Krisis Iklim”. Acara ini diselenggarakan secara luring, Rabu (4/12) di Auditorium Gedung Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Cipayung, Jakarta.

Eddy Soeparno, Wakil Ketua MPR-RI  menyoroti dominasi batubara sebagai sumber energi pembangkit listrik yang mencapai 61%. “Bauran energi baru mencapai 14%, jauh dari target 23% pada tahun 2025, yang akhirnya direvisi menjadi 19%,” ungkapnya. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia kini menghadapi krisis iklim yang nyata.


Eddy mengaitkan isu ini dengan Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 yang menjamin hak warga negara atas udara bersih dan sehat. “Kualitas udara harus menjadi perhatian, termasuk saat beraktivitas pagi” lanjutnya.

Eddy menambahkan bahwa emisi karbon terbesar berasal dari sektor transportasi, terutama kendaraan bermotor berbahan bakar RON 90. Ia mengkritisi pemberian subsidi energi yang masih dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas, sehingga kurang tepat sasaran.

Anies R. Baswedan, mantan Rektor Universitas Paramadina yang menyempatkan diri hadir dalam seminar memberikan pandangan bahwa yang menjadi persoalan utama saat ini adalah krisis iklim, bukan lagi perubahan iklim. “Hal ini sangat terasa di Jakarta. Sederhananya, kita harus mengurangi penggunaan sumber daya dan mengelola limbah dengan baik untuk menjaga lingkungan hidup,” katanya.

Ica Wulansari, dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Paramadina mengungkapkan bahwa perubahan iklim membawa risiko tinggi dengan daya dukung lingkungan yang semakin terbatas. Ia menyoroti peran struktur ekonomi-politik dalam mendorong industrialisasi tanpa memperhatikan keberlanjutan. “Teknologi menghasilkan limbah dan pencemaran, sementara gaya hidup urban yang boros energi memperparah situasi,” jelasnya.

Dampak perubahan iklim sangat dirasakan dalam sektor pertanian, seperti berkurangnya produksi akibat cuaca tidak menentu dan kekeringan ekstrim. “Diversifikasi menjadi kunci adaptasi untuk memastikan ketahanan pangan,” tambahnya.

Aan Rukmana, Direktur Kemahasiswaan Universitas Paramadina menyoroti perubahan hubungan manusia dengan alam. “Krisis iklim sebenarnya sudah lama terjadi. Sayangnya, kecerdasan kolektif yang ada di pedesaan sering kali hilang ketika masyarakat bermigrasi ke perkotaan,” ungkapnya.

Ia menegaskan perlunya menghidupkan kembali nilai-nilai kolektif dalam menghadapi tantangan krisis iklim.

Komentar

Berita Terkait